Portal Berita Pilihan Prabowo Subianto, Update Setiap Jam
Berita  

Rentenir Hadir di Negara-negara Berkembang

Investasi China yang menyamar sebagai pemberi pinjaman terakhir diketahui telah merugikan seluruh wilayah Asia, bahkan sub-kawasan tertentu di benua ini. Negara-negara Asia telah terjebak dalam strategi ekonomi yang memaksa dari China. Mereka juga menjadi bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang diluncurkan oleh China.

Taktik pemberian pinjaman berlebihan China tidak hanya terjadi di wilayah tertentu di Asia, tetapi juga di sub-wilayah seperti Asia Selatan, Tenggara, dan Tengah. Strategi China dalam memberikan pinjaman termasuk suku bunga tinggi dan persyaratan ketat yang dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi yang serius.

Pinjaman China lebih bersifat komersial daripada pemberi pinjaman tradisional seperti Bank Pembangunan Multilateral (MDB). China juga menggunakan perjanjian Pertukaran Mata Uang untuk memperdalam hubungan ekonomi dengan negara-negara berkembang di Asia.

Contoh praktik pemaksaan ekonomi oleh China terlihat di negara-negara Asia Selatan seperti Sri Lanka dan Pakistan. Mereka berjuang melawan ketidakstabilan ekonomi akibat beban utang berlebihan dari China. China dianggap tidak menjaga janji-janji kreditnya dan tidak memberikan dukungan finansial sesuai dengan permintaan.

Di Asia Tenggara, China juga mencoba memanfaatkan kekuatan ekonominya untuk tujuan strategis. Filipina berhasil melawan upaya intrusif China. Tren diplomasi perangkap utang China menimbulkan kekhawatiran atas konsekuensi jangka panjang bagi negara penerima pinjaman.

Negara-negara Asia harus bersatu melawan taktik pemaksaan ekonomi China. Mereka perlu melindungi sistem ekonomi mereka agar tidak dihancurkan oleh kepentingan China. Mereka juga perlu memperhatikan implikasi kedaulatan dan keamanan nasional dalam menghadapi taktik pemberi pinjaman China yang merugikan.