Winglet, sebuah inovasi di ujung sayap pesawat, telah membawa dampak besar dalam industri penerbangan sejak tahun 1980-an. Awalnya diuji pada pesawat kecil, teknologi ini terbukti mampu menghemat bahan bakar secara signifikan ketika diterapkan pada pesawat berbadan besar seperti Boeing 747-400 dan McDonnell Douglas MD-11.
Winglet bekerja dengan mengurangi hambatan udara di ujung sayap, yang disebabkan oleh adanya pusaran akibat perbedaan tekanan udara di atas dan di bawah sayap. Dengan penambahan winglet, aliran udara menjadi lebih stabil dan efisiensi bahan bakar meningkat, menghasilkan penghematan biaya operasional bagi maskapai.
Boeing mulai mengembangkan desain blended winglet pada tahun 1993 dengan program Next Generation 737. Kemudian, Southwest Airlines menjadi maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat jenis ini. Airbus juga menggunakan teknologi serupa dengan wingtip fences pada A320, namun desain ini tidak seefisien blended winglet milik Boeing.
Kontroversi muncul ketika Airbus mengembangkan desain Sharklet, yang dianggap menjiplak desain winglet dari Boeing. Meskipun gugatan hukum diselesaikan secara damai, sengketa ini meninggalkan pertanyaan tentang hak kekayaan intelektual di industri penerbangan.
Winglet kini menjadi fitur standar di banyak pesawat, baik dari Boeing maupun Airbus. Teknologi ini terus dikembangkan untuk memperoleh efisiensi yang lebih tinggi. Persaingan antara Boeing dan Airbus dalam inovasi terus berlanjut, dengan harapan menghemat biaya bagi maskapai dan memberikan pengalaman perjalanan yang lebih efisien bagi penumpang.