Berita  

Pamer Kekayaan vs Ekspresi Diri: Fakta Tersembunyi

“Flexing” adalah istilah yang sering terdengar dalam era media sosial yang serba visual. Istilah ini muncul dalam berbagai konteks baik positif maupun negatif. Flexing merupakan tindakan pamer untuk menunjukkan keunggulan, seperti kekayaan, barang mewah, pencapaian pribadi, atau gaya hidup. Fenomena ini telah menyebar ke berbagai platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, dengan banyak konten “rich life” yang menonjol. Namun, tidak semua bentuk flexing negatif, ada juga yang dilakukan dengan niat berbagi kebahagiaan atau memotivasi orang lain.

Namun, banyak masalah muncul ketika flexing dilakukan untuk merendahkan orang lain, membuat orang lain merasa minder atau iri, atau menciptakan standar palsu tentang kesuksesan. Konten flexing toksik seringkali bisa memberikan tekanan psikologis bagi generasi muda, seperti rasa takut tertinggal (FOMO) atau rendah diri. Untuk mengatasi dampak negatif flexing, dianjurkan untuk mengurangi waktu di media sosial, mengikuti akun-akun yang edukatif, dan fokus pada perkembangan diri sendiri.

Sebagian besar netizen setuju bahwa ada etika yang harus diterapkan dalam flexing. Meskipun tak bisa dihindari, flexing yang dilakukan dengan bijak lebih relevan dan bermakna. Bukan tentang seberapa mahal barang yang dimiliki, namun seberapa tulus kita memberi inspirasi kepada orang lain. Mari berbagi dengan cara yang lebih positif dan bermakna, serta mengubah tren ke arah yang lebih konstruktif.

Source link