Pada Jumat, 28 Februari 2025, suasana sedih melanda ribuan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) setelah perusahaan tekstil ini secara resmi menghentikan operasinya. Video yang menampilkan momen sedih ini viral di media sosial dan menunjukkan para buruh berkumpul di halaman pabrik. Keputusan untuk menghentikan operasional Sritex diambil setelah putusan Rapat Debitur yang menyatakan perusahaan tidak lagi memiliki prospek keberlanjutan setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Akibatnya, 8.400 karyawan terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pabrik akan ditutup mulai 1 Maret 2025.
Wamenaker Immanuel Ebenezer bersama Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto dan Ketua Serikat Pekerja Sritex Slamet Kaswanto hadir di pabrik Sritex. Kepala Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Sukoharjo, Sumarno, juga memberikan sosialisasi terkait hak-hak karyawan yang terdampak PHK, seperti jaminan hari tua, jaminan kehilangan pekerjaan, dan pesangon melalui BPJS Ketenagakerjaan. Karyawan Sritex sedang mengurus administrasi untuk mendapatkan hak mereka, seperti jaminan hari tua (JHT).
Penutupan Sritex merupakan pukulan bagi industri tekstil di Indonesia karena perusahaan ini telah berkontribusi besar pada industri manufaktur di Tanah Air. Kejayaan perusahaan yang telah berdiri sejak 1966 ini telah menjadi andalan bagi ribuan karyawan dan industri di Asia Tenggara. Kebangkrutan Sritex menandai akhir dari era gemilang perusahaan ini dan merupakan momen mengenang kontribusi perusahaan dalam membentuk industri manufaktur Indonesia.
