Selasa, 8 Oktober 2024 – 13:30 WIB
Italia, VIVA – Sammy Basso, yang dikenal sebagai penyintas terlama dari penyakit langka progeria, baru-baru ini meninggal dunia pada usia 28 tahun.
Kabar duka ini diumumkan melalui unggahan media sosial dari Asosiasi Progeria Italia, yang didirikan oleh Basso dan orang tuanya.
Progeria atau sindrom progeria Hutchinson-Gilford, adalah kondisi genetik yang mengakibatkan penuaan dini pada anak-anak.
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi genetik kecil dan selalu berujung pada kematian, seringkali akibat serangan jantung atau stroke, seperti yang dijelaskan oleh Klinik Cleveland. Sammy lahir di Schio, Italia, dan didiagnosis dengan progeria pada usia dua tahun. Ia menjadi sosok yang dikenal luas karena sering muncul di televisi untuk membagikan pengalamannya dan menjelaskan tentang penyakitnya.
Ia juga menjadi bintang dalam film dokumenter National Geographic berjudul “Sammy’s Journey”, yang mengikuti perjalanan Sammy, orang tuanya, dan sahabatnya, Riccardo, di Rute 66, Amerika Serikat.
Selama hidupnya, Basso tidak hanya menjadi duta besar internasional untuk The Progeria Research Foundation, tetapi juga berhasil menempuh pendidikan di Universitas Padua, di mana ia mendalami pengetahuan tentang penyakitnya sendiri. Audrey Gordon, Direktur Eksekutif The Progeria Research Foundation, menyampaikan rasa duka mendalam atas kepergian Sammy. “Kami semua sangat terpukul dengan meninggalnya Sammy Basso. Ia telah menjadi sahabat dan inspirasi bagi kami selama lebih dari dua dekade. Sammy adalah salah satu orang pertama yang berpartisipasi dalam uji klinis PRF dan berkontribusi dalam tim penyuntingan gen PRF. Ia dikenal dan dikagumi di seluruh dunia sebagai juru bicara PRF dan komunitas Progeria,” tuturnya.
Meskipun harapan hidup rata-rata penderita progeria adalah 14,5 tahun, Basso mampu hidup hingga awal usia 20-an. Salah satu obat yang telah terbukti memperlambat perkembangan penyakit ini adalah lonafarnib.