Senin, 3 Juni 2024 – 12:06 WIB
Setelah All Eyes On Rafah menjadi trending di media sosial, sekarang netizen secara bersama-sama mengunggah poster dan tagar All Eyes On Papua. Bantu untuk menguatkan aspirasi suku adat Papua dalam mendapatkan haknya kembali.
Poster kecerdasan buatan (AI) Instagram dengan tulisan ‘All Eyes on Papua’ sangat banyak dibagikan melalui fitur ‘add yours’. Salah satu poster menunjukkan kondisi hutan tandus di atas tanah kering, dengan ilustrasi masyarakat adat Papua yang berada di antara pohon-pohon kering tersebut.
Akun @tanyakanrl sebagai inisiator tagar All Eyes on Papua meminta netizen untuk menyebarluaskan tagar sebagai bentuk dukungan terhadap hak rakyat Papua atas penyerobotan hutan adat yang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit oleh penguasa yang serakah.
Pada salah satu poster AI di Instagram tertulis bahwa hutan di Papua, tepatnya di Boven Digul Papua yang luasnya mencapai 36 ribu hektar atau lebih dari separuh luas Jakarta, akan dibabat habis dan dibangun perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.
Selain berpotensi menghilangkan hutan alam, proyek perkebunan sawit ini juga menghasilkan emisi sebanyak 25 juta ton karbon dioksida. Jumlah emisi ini setara dengan menyumbang 5% dari tingkat emisi karbon tahun 2030. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh seluruh warga Papua, tetapi juga berdampak pada seluruh dunia.
Masyarakat adat Awyu dan Moi menjadi pihak yang paling terdampak imbas keserakahan para pengusaha dan elit. Bagi mereka, sudah cukup merelakan hutan adat yang telah dialihfungsikan menjadi kebun sawit.
Mereka tidak ingin kehilangan hutan adat yang menjadi hak mereka. Hutan adalah akar kehidupan yang menyediakan segala kebutuhan sehari-hari bagi rakyat Awyu dan Moi. Dari sumber pangan, air, hingga hasil hutan lain yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup.
Awyu dan Moi merupakan salah satu dari ratusan kelompok suku yang tinggal di tanah Papua. Kedua suku ini berdomisili di beberapa wilayah di Kabupaten Mappi dan Boven Digoel, Papua Selatan.
Berdasarkan Greenpeace, suku Moi banyak ditemui di beberapa daerah Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Sementara suku Awyu tinggal di dekat Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, Sungai Digoel, serta area lahan gambut dan rawa.