Portal Berita Pilihan Prabowo Subianto, Update Setiap Jam
Berita  

Guru Gembul Mengungkap Fakta Sejarah dan Bongkar Mitos Ramalan Jayabaya serta Wajah Asli Sang Raja

Guru Gembul Mengungkap Fakta Sejarah dan Bongkar Mitos Ramalan Jayabaya serta Wajah Asli Sang Raja

Minggu, 26 Mei 2024 – 13:53 WIB

Jakarta – YouTuber yang rajin membagikan konten edukasi, Guru Gembul tegas mengatakan bahwa raja terkenal dari Kerajaan Kediri, Jayabaya (1135-1159) tidak pernah menulis ramalan.

“Jadi ramalan Jayabaya itu tidak ditulis oleh Sri Jayabaya, karena Sri Jayabaya itu tidak pernah meninggalkan catatan tertulis apapun,” ujar Guru Gembul di YouTube RJL5, dilihat Minggu 26 Mei 2024.

Selain itu, Guru Gembul mengatakan foto Jayabaya yang selama ini beredar di internet, menampilkan seorang pria bermahkota yang gagah bukanlah foto asli sang raja.

“Fotonya ini, ini juga bukan bukan wajah beliau (Jayabaya). Pada saat itu nggak ada yang melukis dan menggambarkan wajah beliau itu seperti apa,” jelasnya.

Bahkan, dia menyebut ramalan Jayabaya baru ditulis pada tahun 1600-an dengan mencatut atau mengisahkan tokoh Jayabaya yang hidup pada tahun 1100-an.

“Itu jauh banget loh, tapi ya begitu orang-orang di zaman dahulu, mereka memang mengaitkan orang-orang besar untuk menulis karya sastra,” imbuhnya.

Berkaitan dengan itu, Guru Gembul menjelaskan dahulu di Jawa kegiatan menulis merupakan hal yang sangat disakralkan dan tidak sembarang orang dapat melakukannya.

“Sehingga untuk menulis seseorang harus bikin selamatan, bahkan harus numbalin kepala kerbau gitu untuk menulis prasasti,” ucapnya.

Setelah memasuki zaman Islam, para pendakwah Islam justru menawarkan untuk membaca dan menulis. Sehingga pada zaman itu banyak orang mulai membuat karya tulis.

“Sunan Gresik, selain dia buka padepokan pencak silat, dia juga mengajar membaca dan menulis. Sejak saat itulah sastra di Jawa berkembang pesat, baru muncullah Babad Tanah Jawa,” jelasnya.

Guru Gembul melanjutkan, bersamaan dengan berkembangnya Kerajaan Islam di tanah Jawa, ramalan Jayabaya ini pun muncul pada tahun 1600-an.

“Zaman dulu itu, orang tidak biasa menuliskan siapa penulisnya, karena mereka memang ngambil dari cerita-cerita rakyat, pernyataan dari mulut ke mulut, akhirnya banyak sekali versi,” pungkasnya.

Exit mobile version