Sabtu, 16 Maret 2024 – 06:06 WIB
Jakarta – Anggota KKB, atau Kelompok Kriminal Bersenjata, merupakan individu yang tergabung dalam kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah Papua dan Papua Barat. Mereka seringkali terlibat dalam aktivitas kekerasan, pemberontakan, dan tindakan kriminal lainnya dengan tujuan yang bervariasi, termasuk separatis atau kepentingan politik tertentu di wilayah tersebut.
Banyaknya anggota KKB Papua yang menggunakan senjata api dari Pindad memiliki alasan tersendiri, yang kini terungkap melalui pengungkapan oleh Kepolisian Daerah (Polda) Maluku. Dua anggota polisi yang terlibat dalam penjualan senjata api dan amunisi kepada seorang tersangka yang ditangkap di Polres Bintuni, Papua Barat, akan diproses pidana dan kode etik.
Pengungkapan kasus penjualan senjata api dan amunisi dimulai ketika Polres Bintuni menangkap seorang individu yang mengklaim memperoleh senjata tersebut di Kota Ambon. Dia kemudian menjualnya kepada anggota KKB Papua untuk digunakan melawan TNI.
Motif banyak anggota KKB Papua dalam menggunakan senjata api dari Pindad berasal dari serangan beberapa pasukan mereka terhadap TNI, dimana senjata-senjata tersebut didapat dari serangan tersebut, termasuk saat mereka merampas senjata dari prajurit TNI yang tewas.
Sebuah akun Twitter dengan nama @RandomWorldWar telah mengunggah beberapa foto yang menunjukkan KKB sedang menyandera Kapten Philips sambil membawa berbagai jenis senjata api. Dalam keterangan foto tersebut, disebutkan bahwa senjata yang digunakan adalah buatan Pindad.
Akun tersebut mengatakan untuk senapan serbu atau small arms secara umum yang buatan Indonesia, bisa diperoleh KKB dengan cara mencurinya atau merampas dari prajurit TNI. Mereka bahkan bisa mencuri dari helikopter aparat keamanan yang kecelakaan.
Namun, akun tersebut juga menduga bahwa seluruh senjata tersebut bisa dibeli dari oknum tertentu di Indonesia sehingga anggota KKB Papua bisa dengan mudah memilikinya. “Bisa juga membelinya dari oknum pengkhianat Indonesia,” tulisnya.
“Nah, sebelum menuduh negara lain terkait aliran dana yang masuk ke OPM, ada baiknya berkaca dulu ke negara kita sendiri, apa ada oknum yang memanfaatkan uang negara yang notabene uang kita juga untuk membiayai OPM? Selain itu terdapat banyak simpatisan OPM di dalam & luar negeri,” sambungnya.