Portal Berita Pilihan Prabowo Subianto, Update Setiap Jam
Berita  

Begini Kata Gus Baha Tentang Perbedaan Awal Ramadhan 1445 H

Kamis, 7 Maret 2024 – 10:54 WIB

Jakarta – Selama puasa Ramadhan 1445 Hijriyah atau 2024 Masehi, terdapat potensi perbedaan dalam penentuan awal puasa karena ada dua metode penentuan awal Ramadhan ini. Namun, di masyarakat sendiri, perbedaan dalam cara perhitungan tersebut masih sering menjadi perdebatan.

Baru-baru ini, ulama karismatik KH Ahmad Bahauddin atau akrab disapa Gus Baha menyebut bahwa kedua metode tersebut, baik hisab maupun rukyat, ada dalam Al Quran. Muhammadiyah sendiri telah menentukan awal Ramadhan jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.

Sementara itu, pemerintah akan melaksanakan awal puasa Ramadhan melalui sidang isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI pada 10 Maret 2024. Gus Baha menyayangkan bahwa perbedaan penentuan awal Ramadhan ini masih diperdebatkan.

“Gelar Jemaah Masjid Aolia Jogja Shalat Tarawih Viral Kemarin, Hari Ini Mulai Puasa.”

“Saya sangat menyesal jika penentuan awal Ramadan masih dipertanyakan, apakah menggunakan rukyat atau hisab. Sebenarnya tidak begitu. Di Ianatut Tholibin Syarah Fathul Mu’in itu biasa,” terang Gus Baha.

Ia juga menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW biasanya menggunakan rukyat hilal dalam menentukan awal Ramadhan. Namun, bagi yang menggunakan metode hisab, itu juga tidak dipermasalahkan. Sekali lagi, dia menegaskan bahwa keduanya dijelaskan dalam Al Quran.

“Ketika Kementerian Agama menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari tertentu, itu adalah keputusan negara bahwa Ramadhan dimulai pada hari tersebut,” jelas Gus Baha.

Seperti yang terjadi di Indonesia, kata Gus Baha, ketika bulan sudah melewati ufuk baru satu derajat, maka ada ulama yang mengatakan bahwa tanggal sudah berubah karena sudah melewati baris ufuk.

“Artinya sudah berbeda hari. Sehingga ada yang mengatakan bahwa hanya berbeda satu derajat sudah dihitung sebagai masuk bulan baru,” ujar Gus Baha.

Lebih lanjut, ia melanjutkan mengenai hukum tersebut yang terkait dengan penglihatan apabila belum bisa dilihat hukumnya bagaimana.

“Itu telah menjadi perdebatan para ulama sejak dulu, dan itu tidak masalah. Sehingga ketika kita menyatakan misalnya Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Selasa adalah karena Indonesia mandiri atau benar-benar Islam Nusantara,” jelasnya.

Exit mobile version